Mengutip Kutipan dan Sepenggal Hal Remeh Temeh Lainya

Tulisan di bawah ini baru ditemukan lagi setengah jam yang lalu di slempitan tipikal buku catatan yang isinya cuman coretan random di 10 halaman pertama, sama seperti buku-buku lainya.

---

10 Februari, 2009

06.07 PM, LIP Sagan. Ditemani seonggok honey crepes mblenyek serta segelas es coklat rasa odol.

Masih, Salah satu hape kesayangan Sony Ericsson seharga 925.000,- itu mengeluarkan serpihan bebunyian dari playlistnya yang sudah di setel secara acak oleh saya. Dan pada detik ini, sebongkah tembang dari 'Not Available' bertajuk 'Iron My Life' tengah sibuk menggantikan lantunan ERK yang baru saja menyudahi celotehnya dengan "Kulihat engkau terkulai.. tubuhmu... membiru.. tragis.. tragis...".

Masih, telinga saya terdesak earphone bervolume kencang sedari bermenit-menit yang lalu. Adzan maghrib terdengar samar. Tapi entah mengapa saya tetap tak kunjung menanggalkan penyumpal telinga magis ini dan segera beranjak ke lantai 2 untuk sembahyang. Kini jeritan 'Iron My Life' sudah tergantikan oleh desahan rancak 'Telepopmusik' dengan 'Dance Me' nya. Telah berpuluh-puluh sore dan malam saya lalui sendirian saja di kursi keras berwarna merah gelap ini. Kadang bersama sepenggal kawan, tapi tidak sering. Pemandangan yang tampak pun tetap saja sama. Bambu-bambu partisi yang menjadi "pagar", ditempatkan menutupi pagar aslinya yang terbuat dari besi, membuatnya terlihat redundan.
Lagipula siapa yang peduli sih del?.

Masih, lagi-lagi saya masih enggan untuk beranjak. Sore episode ini saya mencoba menyerap lagi apa yang dikutip Paul Arden dari Oscar Wilde di bukunya 'Whatever You Think, Think The Opposite'. Ada beberapa kalimat yang menyita perhatian saya.

"Sebagian besar orang adalah orang lain"
"Pikiran mereka adalah orang lain"
"Hidup mereka seperti bunglon"
"Hasrat mereka adalah kutipan"
- Oscar Wilde

Bahkan saya pun perlu mengutip kata-kata ini untuk menampilan bahwasanya saya selama ini adalah isi kutipan tersebut. Seberapapun besar usaha saya membawa, mengarahkan dan menarik diri saya untuk menjadi tidak seperti orang lain ataupun menjadi seseorang yang tidak tipikal, tetap saja kecenderungan untuk terpengaruh orang lain sangatlah besar. Menjadi original adalah utopia.
Tetapi in menurut saya tidak perlu menjadi original untuk menampilkan identitas diri, tapi tidak juga selalu berkiblat pada orang lain. Inspirasi itu perlu, dan ide merupakan buah pikiran yang tak ternilai harganya.
Masalahnya, saya masuk ke dalam salah satu dari rombongan manusia yang dianugerahi oleh Tuhan dengan keadaan dimana selalu berkesusahan dalam memunculkan ide, apapun. (Iya, ini adalah sambat in disguise)
Ide merupakan sesuatu yang prestisius bagi saya. Lalu kira-kira kapan saya bisa lepas dari bayang-bayang kutipan orang lain ya?  *ngomong sama rumput*

"Nothing of me is original. I am the combined effort of everyone I've ever known" - Chuck Pahlaniuk.

Meanwhile..

Hallo humans, it's been a while. what have you been up to lately?

Death Cab For Cutie at Last!

Hollaback! sudah lama tidak bercerita banyak. Tapi sejak kapan saya pernah bercerita banyak? berhubung 'banyak' itu relatif jadi saya pengen bercerita sedikit jalan-jalan super singkat nonton Death Cab For Cutie di Singapura.
Setelah gagal nonton mereka 4 bulan lalu di 2 kota berbeda (read here) saya dapet kabar kalo Ben Gibbard and his band bakal ngadain Asian tour dari Februari sampe Maret. Long story short gosip-gosip mereka bakal main di Indonesia akhirnya teteup berujung gosip dan entah mengapa didalam keadaan per-uang-an yang begitu cekaknya ini saya malah mutusin buat nonton. Setelah merayu pacar-pacar buat ikutan nonton yang berujung nihil jadilah pun saya pun berangkat sendirian. Ah berangkat sendirian naek sri tanjung njabanin nonton mew di Surabaya aja berani masak yang ini enggak sih saya pun dengan kemakinya mikir begitu.
Secara berangkatnya pagi dan konsernya malem, saya punya kurang lebih 7 jam buat nganggur, dan akirnya diputuskanlah untuk nyari recordstore. Seorang teman menyarankan beberapa recordstores ciamik, and I finally chose ROXY RECORDS di Coleman St. soalnya deketan sama Fort Canning Park yang dimana adalah tempat mas Ben bakalan manggung. Nyampe roxy records makbedunduk ada Arian 13 dan tetemanya lagi browsing-browsing ganteng vinyls & CDs sambil liat2 isi toko yang seumplik besarnya. Saya sebagai seorang manusia biasa ketemu artis (indie) ternama, sok cool ikutan desek2an liet-liet sembari mengisyaratkan 'heleh elo, lagi liet liet sidi ya lo, sama dah ama gue, sonoan dikit dong' sambil melengos, dan lalu 10 menit kemudian saya potoin dari belakang pas mereka enggak lihat. hahaha yeah I'm that cheesy :P.
Sudahlah kita cut saja blabbering detail-detail penting itu, now back to Death Cab for Cutie!.
Cukup menyesal cuman mengandalkan kamera HP dan Pentax Analog 50mm kali ini, tapi saya berasumsi bahwa pasti gak bakal kusyuk kidmat nontonnya kalo bawa DSLR. *true story*
Tanpa band pembuka, DCFC langsung ngebawain a lack of color gak pake bishi bashi, dan alhasil menurut saya gak ngangkat mood banget. Feeling saya masih kemana-mana sampe lagu ke 3 'Crooked teeth'. Banyak lagu-lagu ripitwan favorit yang gak dibawain macam 'different names for the same thing', 'underneath a sycamore', 'your new twin size bed' dll, haduh SAYA JUGA PENGEN SING ALONG KAAQ!!! *sedakep* .
Tapi juga mendiscover lagu-lagu yang juga tak kalah ketci di album 'Photo Album' yang dimana jarang didengerin koyoto ' Blacking out the friction' dan 'photobooth'. I literally had tears in my eyes when they played I will follow you into the dark, cukup mensurpraiskan cause I never fancy this song that much, and that was the first time I cried in the middle of a gig or a concert. tears of joy I suppose ;D
Tiny Vessel, lagu kedua terakhir sebelum translatiscm, Ben Gibbard terlihat cukup nggerus nyanyiinnya. Mungkin itu kenapa gak ada lagu cinta buat zoey macam 'monday morning' or 'stay young go dancing' yang dimaenin kala kemarin malam itu. Sang selebtwit @hasief pun juga beranggapan "Suddenly 'Tiny Vessels' takes on a whole new meaning when Ben sings it”.
Sepenggal liriknya berbunyi

"This is the moment that you know
That you told her that you loved her but you don't.
You touch her skin and then you think
That she is beautiful but she don't mean a thing to me.
Yeah, she is beautiful but she don't mean a thing to me.e"

And I say : heseh, lagi denial mas?
and then

"All i see are dark grey clouds
In the distance moving closer with every hour
So when you ask "was something wrong?"
That i think "you're damn right there is but we can't talk about it now.
No, we can't talk about it now."

So one last touch and then you'll go
And we'll pretend that it meant something so much more
But it was vile, and it was cheap
And you are beautiful but you don't mean a thing to me
Yeah you are beautiful but you don't mean a thing to me"

then I was like : Awwwhh it's okay mas, we've all been there.. *pats and hugs*
:'D

The Space They Can't Touch

11 Maret 2012, Yayasan Yaketunis Krapyak, Yogyakarta
Title from Less Than Jake (Album: GNV FLA)

Choco Mousse

Chocomousse ini dibuat atas dasar
cin..lagi pengen aja. (pengen bilang gak ada kerjaan cuman gak asik banget gitu kesannya pengangguran, walaupun emang iya) :P.

How to nya bisa di klik di sini

Tip: Kalo gak suka makanan manis, bisa dikurangin gulanya sesuai selera. (you don't say??)

COLORS!

(From left to right: Musim Gugur di Verona, Louxembourg dari atas tebing, Resto di rooftop Pompidou, a girl with red nail polish in Milan, typical mailbox in Italy)